Teori Mimesis dan Teori Significant Form

Nama                          : Zahra Nur Aulia

NPM                           : 202246500744

Kelas                           : R3J

Mata Kuliah                : Filsafat Seni

Dosen Pengampu        : Dr.Sn. Angga Kusuma Dawami M. Sn.


Menganalisis 3 Karya
Menggunakan Teori Mimesis dan Significant Form 


1. Flying little witch

creator by lituana

Dalam lukisan cat air yang mempesona ini, menceritakan seorang penyihir kecil yang terampil terbang di tengah-tengah awan ajaib. Dengan sapu di tangannya, dia memulai perjalanan yang penuh misteri dan pesona. Kehalusan warna dan guratan lembut mengungkap momen mistis yang mempesona, membawa pemirsa ke alam imajinasi dan keajaiban murni. Biarkan diri terpikat oleh alam semesta yang indah ini di mana segala sesuatu mungkin terjadi dan impian pun melayang.

2. Lost Love #2

creator by Samira_Lasting

Dalam lukisan ini menceritakan tentang Perempuan yang sedang merasakan kehangatan seekor kucing dengan menggosokkan wajahnya ke wajah nya dan menyentuh pipi dengan cakar yang terselubung dengan hati-hati. 


3. Ninie

creator by tzled...KMPEz

Dalam lukisan ini, menceritakan Dewi musim gugur mendatangi kita dengan gaun emasnya, Dengan dedaunan berwarna merah dan kuning melayang di sisinya. Rambutnya bagaikan mahkota bunga yang bagaikan mutiara, Dan matanya sebiru langit saat matahari terbenam. Dia membawa serta kehangatan cinta musim gugur, Dan kami merasa bahagia dan puas saat dia ada.

TABEL PERBEDAAN

Karya

Dilihat dari mimesis

Dilihat dari Significant Form






karya tersebut mempresentasikan sosok seorang Perempuan kecil yang sedang berdiri dengan memegang sapu ditangannya. Dengan memakai topi sihirnya menandakan penyihir. Sedang berjalan dengan gerai rambut pirangnya yang mempesona. Karya ini bisa dikatakan seni karena seniman telah mempresentasikan Kembali kenyataan dalam hidup dengan hasil imajinatif oleh sang seniman itu sendiri.

 

Pada karya diatas Seniman tersebut membuat karya berupa bentuk karakter ilustrasi dari bentuk tubuh seorang anak Wanita.  Karya ini memiliki emosi estetis berupa keberanian dan mempesona dari yang saya lihat. Dengan penggambaran suasana dan penekanan warna yang digunakan, perasaan ini juga tergambarkan dari seorang anak wanita yang misteri dan pesona yang sedang berjalan sambil memegang sapu ditangannya.

 




karya tersebut mempresentasikan sosok Perempuan sedang mencium kucingnya dengan pelukan hangatnya. Karya Ini merupakan salah satu contoh karya yang dapat dianggap sebagai menerapkan teori imitasi, dimana seniman dianggap menggambarkan perempuan mencium kucing secara realistik, sesuai dengan kenyataan yang dapat kita indera. Tapi karya ini sejatinya tidak sepenuhnya mendukung teori imitasi, karena teori imitasi mengharapkan hasil yang sama.

 

karya tersebut terdiri dari warna-warna drak pada objek manusia yang dibuat dengan realis bertekstur. karya ini menimbulkan emosi estetis.

 



Jika dilihat dari Teori Mimesis menurut Aritoteles, karya ini mempresentasikan ada sosok Perempuan yang sedang duduk di pohon dengan rambutnya yang terlihat seperti Kumpulan akar akar dan ranting pohon dengan warna senada warna pohon. Karya ini bisa dikatakan sebagai seni, karena sang seniman telah merepresentasikan kembali kenyataan dalam hidup dengan hasil imajinatif sang seniman itu sendiri. 

 

Seniman tersebut membuat karya berupa bentuk sureallism dari penggambungan elemen-elemen lukisan seperti seorang wanita yang sedang duduk disekitaran pohon dan juga rambutnya terlihat seperti akar dan ranting pohon. Karya ini memiliki emosi estetis seperti memberikan kesan misterius.

 



Kesimpulan 

Sesuatu yang bisa disebut seni Ketika dia merupakan refleksi yang nyata atau meniru yang nyata dari kenyataan hidup. Bahasa lain dari imitasi (meniru) yang nyata disebut mimetis. Plato hidup ditahun 427-374 SM. Sekurang kurangnya pluto membicarakan tentang 4 hal: ide, materi, realita dan karya seni. Teori Mimesis berpandangan bahwa karya seni merupakan bentuk tiruan alam atau kehidupan manusia. Menurut Plato, seni adalah Imitasi. Mimesis dalam pengertian yang berbeda dengan pemahaman sekarang, pernah dipandang negatif oleh Plato. Plato mengatakan, bahwa alam realita ini merupakan mimesis dari alam ideal, tiruan dari alam ideal. Plato mengategorikan apa yang pada jaman kita disebut fine art sebagai tiruan (imitasi) dari karya pengrajin. Aristoteles mengatakan, bahwa hasil mimesis sejatinya bukan imitasi, melainkan representasi (penghadiran kembali sesuatu dengan sesuatu lain yang mewakili), dalam konteks bentuk atau tindakan manusia. Gombrich berpendapat, walaupun tujuan dari seni adalah meniru, proses penggambaran selalu tergantung dari pemikiran sang seniman.  Bell berpendapat, bahwa semua pembahasan tentang seni harus bertolak dari pengalaman estetis, ialah emosi yang khas, yang disebutnya: Emosi Estetis.Pada kenyataannya, orang cenderung memakai terma mimesis dan representasi secara saling menggantikan. Corak karya yang dihasilkan, kadang disebut naturalisme, kadang realisme. Emosi estetis dibangkitkan di dalamsubjek (pengamat) oleh ciri‐ciri khas yang ada di dalam objek (karya seni).Kekhasan yang ada dalam objek, yang membangkitkan emosi estetis pada subjek, disebut bentuk signifikan (significant form). Hubungan timbal‐balik antara emosi estetis dengan bentuk signifikan itulah yang oleh Bell dianggap sebagai esensi (makna, sifat dasar) karya seni. Emosi estetis tergugah oleh pengenalan adanya hubungan antara komponen‐ komponen dari karya seni. Komponen tersebut, menunjuk pada unsur‐unsur rupa dan hubungan di antara mereka di dalam karya seni. Unsur rupa, misalnya: titik, garis, bidang, warna, tekstur, dll. Sedang hubungan, menunjuk pada bagaimana unsur‐unsur itu diorganisir, sehingga menciptakan: fokus, proporsi, irama, kesimbangan, kesatuan, gerak, kekuatan,dll. Subjek estetis merupakan orang yang menikmati atau menciptakan objek estetis. 


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Proses penulisan artikel ilmiah tahap 1

Analisis 5 Karya “Pekan Kebudayaan Nasional & CANS Gallery”